Senin, 19 Januari 2015

MENELUSURI JEJAK SEJARAH 


KALIWIRO 

Kaliwiro adalah salah satu kecamatan di bagian selatan dari kabupaten Wonosobo. Kaliwiro memiliki luas 100,08 km2. Di mana secara geografis Kaliwiro terletak ditengah  sebuah lembah pada ketinggian 250 meter – 300 meter dpl. Diapit gunung Lawang di selatan dan bukit Dempes di sebelah utara. Dengan titik koordinat S7°27.510′ lintang selatan dan E109°51.380′ bujur timur.
Latar belakang dari penulisan “Menelusuri Jejak Sejarah Kaliwiro” adalah penulis mencoba untuk mengungkap tabir gelap yang menyelimuti cikal bakal dan sejarah tentang Kaliwiro. Di mana selama ini, dikalangan masyarakat Kaliwiro pada khususnya, belum pernah terungkap atau mengetahui secara pasti siapa pendiri maupun jejak sejarah Kaliwiro di masa lampau.
Adapun tujuan penulisan ini dimaksudkan agar generasi yang akan datang tidak kehilangan jejak mengenai sejarah Kaliwiro. Karena Kaliwiro memiliki sejarah panjang yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan sejarah perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah Belanda..
Disamping itu, penulisan ini dimaksudkan agar jejak sejarah mengenai Kaliwiro tidak berlandaskan pada mitos dan legenda seperti yang selama ini diyakini sebagian besar masyarakat Kaliwiro. Karena mitos maupun legenda tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dan kebenarannya tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Penulisan ini mencoba mencari fakta dengan merunut jejak sejarah, manuskrip maupun arsip-arsip kuno yang bersinggungan dengan keberadaan Kaliwiro..
MITOS DAN LEGENDA TENTANG KALIWIRO
Bahwasanya seperti yang sudah diketahui secara umum. Kebanyakan masyarakat Kaliwiro meyakini bahwa nama Kaliwiro berasal dari dua suku kata “Kali dan Wiro” yang merupakan nama dua sesepuh atau tokoh yang pertama kali mendiami suatu lembah yang sekarang bernama kecamatan Kaliwiro. Yaitu “Kyai Kali dan Nyai Wiro.”
Tapi keyakinan tersebut tidak memiliki fakta dan argumen yang kuat. Karena keyakinan tersebut hanya berdasar pada dongeng dari mulut ke mulut tanpa disertai penjelasan mengenai latar belakang dan asal muasal kedua tokoh yang dimaksud. Satu-satunya keyakinan yang dipercayai masyarakat Kaliwiro mengenai kedua tokoh cikal bakal Kaliwiro, adalah keberadaan dua nisan tanpa nama yang berada di TPU Manisjangan. Hanya bukti dua nisan tanpa nama tentu tidak bisa menjelaskan secara pasti mengenai sejarah awal Kaliwiro.
Jika kita mengamati dan mempelajari sastra Jawa maupun Arab, maka kita tidak akan menemukan kelaziman nama-nama orang maupun tokoh zaman dahulu yang menggunakan nama “kali” untuk nama seorang laki-laki. Dan juga tidak pernah dijumpai nama “wiro” dipakai untuk nama seorang wanita.
Biasanya nama seorang tokoh masyarakat zaman dahulu bila laki-laki maka akan lazim disebut “Kyai Ageng” dan “Nyai Ageng” untuk seorang wanita. Jadi keyakinan mengenai kedua tokoh tersebut perlu direvisi kebenarannya. Agar tidak terjadi kerancuan sejarah pada generasi mendatang. Namun bila pembaca mempunyai bukti ataupun manuskrip yang mendukung tentang keberadaan kedua tokoh tersebut ( Kyai Kali & Nyai Wiro ). Silahkan saudara membuat penulisan sejarah mengenai biografi kedua tokoh tersebut. Agar penulisan sejarah Kaliwiro mempunyai kajian yuridis kebenarannya. Karena semua ini bertujuan meluruskan dan membekali generasi yang akan datang dengan materi sejarah yang bisa dilacak kebenarannya. Karena semakin jauh generasi yang lahir maka akan semakin gelap pula sejarah, bila tidak segera diotentifikasi. Namun keberadaan mitos maupun legenda tentu akan semakin memperkaya nilai histories suatu daerah bila berjalan beriringan dengan fakta sejarah. Contoh : legenda Nyai Roro Kidul selalu beriringan dengan fakta sejarah berdirinya kerajaan Mataram olehPanembahan Senopati. Biarlah mitos menjadi khasanah budaya yang memperkaya budaya suatu daerah asalkan tidak melupakan fakta sejarah mengenai cikal bakal sebuah tempat bersejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar